Jawaban Manajemen Pendidikan Islam


Jawaban ‘
1). Bagaimanakah  metode mendidik anak supaya mereka mampu  memahami materi di sekolah, hingga 
    menjadi  profesi yang membuat mereka professional ?
Anak adalah amanah, maka dari itu kita harus mengetaui dan paham akan tuntutan zaman yang semakin komplek ,” Sedemikian kompleksnya  mendidik anak, sebanding itu pula Allah subhana wa ta’ala memberi pahala kepada orang tua yang mampu mendidik anak sesuai aturan-Nya. Jadi jangan sampai kita melakukan kesalahan-kesalahan.
Tujuan tertinggi seseorang dalam mendidik adalah terealisasikannya pada diri anak didik: ibadah kepada Alloh, ikhlas karena-Nya, dan terhindar dari segala kesyirikan. Sebagai orang tua, atau wali, atau kita sebagai pendidik dan guru pengganti orang tua anak di sekolah.berpegang teguh dengan syariat Alloh, mengikuti sunnah Rasul dan berdoa kepada Alloh merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan mendidik anak.
            Salah seorang guru yang telah mendapatkan sertifikat guru profesional dari Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ,Pendidik  harus banyak pertimbangan untuk mulai menerapkannya cara – cara mendidik dalam kelas. Mulai dari pertimbangan waktu yang dipakai hingga keseriusan siswa mengikuti pelajaran.
            Terlepas dari permasalahan di atas, bermain sambil belajar adalah metode belajar paling efektif yang bisa di terapkan para pendidik modern saat ini. Dengan metode ini siswa menjadi lebih kreatif dan aktif, mereka pun menjadi lebih senang mengikuti pelajaran dan tidak mudah bosan di kelas. Selain itu, para siswa juga bisa memperoleh beberapa keterampilan tambahan di luar materi yang diajarkan.
            Pengalaman pendidik  bertahun – tahun melalaui pengamatan dan pendekatan kepada anak didiknya , para orang tua, wali, dan guru seharunya menperbaiki dan mengupdate tuntutan peserta didik yang semaking modern ,”Menjadikan para pendidik mempunyai  lima alasan mengapa belajar sambil bermain menjadi penting diterapkan dalam kelas. “Selama bertahun-tahun, saya telah membuat daftar yang berisi lima alasan yang saya percayai menjadikan permainan sebagai alat pendidikan paling powerful,” Kelima alasan itu kami  kemukakan berdasarkan pengalamannya mengajar bahasa asing di beberapa sekolah dasar, menengah hingga perguruan tinggi. Dia selalu menggunakan permainan sebagai sarana menyampaikan materi pelajarannya. Berikut kelima alasan itu:
            Pertama, siswa dapat belajar melalui proses berjalannya permainan. Bahwa dengan permainan para siswa dapat belajar memahami konsep dan ide baru dalam belajar. Mereka juga dapat melihat materi yang diajarkan dari perspektif yang belum mereka ketahui sebelumnya, dengan begitu mereka akan mulai bereksperimen dengan kemungkinan-kemungkinan dan variabel-variabel baru.
Kita   bisa mencontohkan dengan permainan kartu yang sering digunakannya bersama siswa pada minggu pertama pelajaran. Dalam permainan itu, para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 hingga 5 orang, mereka bermain sesuai dengan petunjuk yang tertulis pada kartu yang mereka dapatkan. Setiap kelompok mendapatkan aturan permainan yang berbeda. Permainan pun berjalan dengan penuh khidmat di setiap kelompok. Setelah ronde pertama, setiap pemenang dari tiap kelompok memiliki kesempatan untuk pindah ke kelompok lain.
Di kelompok lain, mereka mendapatkan aturan yang berbeda dengan permainan sebelumnya, sehingga harus menyesuaikan diri dengan aturan baru itu. Ada diantara mereka yang tidak terima dan mengatakan “cara bermainmu salah,” kepada siswa lain di kelompok barunya. Hal ini bisa digunakan  sebagai starting point dalam menjelaskan tentang berpindahnya seseorang dari satu daerah ke daerah lain. Dia harus segera menyesuaikan diri dengan keadaan di daerah baru. “
 Permainan dilanjutkan, tetapi dengan toleransi untuk mendiskusikan aturan baru kepada pemain yang baru saja pindah dari kelompok lain. Di akhir permainan, mereka mulai mengerti bahwa tujuan permainan ini adalah untuk menjelaskan pentingnya belajar bahasa baru. Hingga ada salah seorang dari mereka berkata “saya paham, ternyata Anda mencoba menunjukkan kepada kami mengapa kami perlu belajar bahasa lain. Agar kami bisa saling belajar satu sama lain.”
            Kedua, permainan dapat menjadi perantara untuk mengikutsertakan siswa dalam proses belajar-mengajar. Beberapa pelajaran membutuhkan keaktifan siswa di dalamnya. Seperti pelajaran bahasa asing yang memerlukan wawasan tentang cara pengucapan dan penguasaan perbendaharaan kata yang cukup. Dengan permainan, guru lebih dapat mengajak mereka untuk mengucapkan beberapa kata atau kalimat, sehingga secara tidak langsung mereka telah berlatih mengucapkan kata-kata dan kalimat-kalimat itu. Metode ini justru lebih efektif daripada apa yang ada di dalam buku paket bahasa asing yang banyak berisi daftar kosakata.
“Pendidik  biasa mengajak siswa untuk bermain ‘tebak kata’, dengan begitu mereka terdorong untuk mengucapkan jawaban dari teka-teki yang saya berikan dengan kosakata dan struktur kalimat yang benar. Secara berulang-ulang mereka mendapatkan latihan yang mereka butuhkan
            Ketiga, lewat permainan siswa dapat mempelajari beberapa keterampilan penting. Ada banyak sekali keterampilan yang dapat dipelajari oleh siswa lewat permainan, seperti keterampilan berpikir kritis, kreativitas, team work, dan sportivitas. Sebagai contoh dalam pelajaran bahasa terdapat beberapa keterampilan dasar yang cukup penting, seperti keterampilan dalam pemakaian kata yang terlampau banyak. “Untuk melatihnya, Guru  biasakan mengajak siswa untuk bermain ‘tebak kata’, setelah permainan selesai, Guru akan merasakan adanya peningkatan pesat pada keterampilan siswa dalam menggunakan kata dengan jumlah banyak.
Keempat, permainan dapat menjadi salah satu faktor penguat memori. Selama bermain, tanpa disadari para siswa banyak berinteraksi dengan materi yang sedang diajarkan, hal ini dapat menjadi salah satu faktor yang membuat mereka mudah mengingat materi itu. Dalam permainan, para siswa banyak melewati momen yang sulit mereka lupakan, dalam hal ini Rebekah menceritakan pengalamannya “momen yang paling saya suka selama mengajar adalah ketika tiba waktu bermain..”
Dengan memvariasikan jenis permainan yang kita berikan, stimulus yang diterima siswa pun akan bermacam-macam. Beberapa anak mengingat sesuatu dengan memperagakannya, yang lain dengan mengingat petunjuk-petunjuk yang mengarahkan kepada sesuatu itu, ada juga yang mengingatnya setelah mendengar temannya yang berteriak menjawab teka-teki. “Perasaan positif yang ekspresif dapat mendukung proses belajar.

Kelima, permainan dapat menyerap perhatian siswa dan mengikutsertakan mereka dalam proses belajar secara aktif. Karena siswa sangat menyukai permainan, hal ini dapat menjadi cara yang baik untuk memusatkan fokus sekaligus menyerap perhatian mereka. Beberapa fenomena mungkin dapat menjelaskan hal ini. Setelah melewati masa liburan yang panjang, para siswa biasanya terlihat sangat energik dan mudah bosan duduk. Pada masa seperti ini permainan yang memakan banyak energi dapat segera mengembalikan pikiran mereka kepada pelajaran, sehingga mereka dapat kembali siap menerima pelajaran baru. “Permainan dapat dengan cepat mengikutsertakan mereka dalam pelajaran dan mengembalikan pikiran mereka kepada materi yang sedang kita ajarkan,”Anak tumbuh dan berkembang melalui kegiatan bermain. Semakin mereka menikmati proses belajar, maka akan semakin banyak materi yang diserap dan dipahami oleh anak. Proses pengajaran materi oleh guru ke siswa sendiri lebih dari sekadar transfer informasi. Siswa perlu memahami konsep materi yang diajarkan agar dapat menguasainya dengan baik. Nah, dengan membuat belajar menyenangkan, siswa akan dapat lebih mudah memahami apa yang diajarkan.

            Kesimpulan dengan cara – cara yang menarik mendidik lima dasar di atasa mendidik dengan model yang mungkin bisa di terapkan para pendidik model permainan  yang tidak membuat mereka bosan dan dengan kosep yang mengajar kan selalu menganalisa, bekerja sama, dan menyampaikan pendapat dan mengasilkan kesimpulan nya akan  membiasakan anak didik selalu kritis, antusias, tidak bosan dan putus asa, dan ahirnya ini akan tertanam pada dirinya  dan akan di bawa ke lingkungan yang luas kitika kelak mereka sudah dewasa menjadi Insan yang  professional

Jawaban “
2). Anda mempunya anak lebih dari satu .Bagiamana anda mendidik anak anda ? Apakah anda 
      memasuknya ke sekolah yang sama
 Untuk menjawab pertanyaan ini ada dua poin yang harus saya jawab ,”
a.      Poin Pertama “ Bagaimana anda mendidik Anak anda ?
b.      Poin Kedua ,” Apakah anda Memasukanya ke Sekolah Yang Sama ?
Jawaban Poin Pertama ,”
            Bila Anda berpikir apakah anda adalah orang tua yang teladan ? Maka jawaban Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih “Harimau yang memakan anaknya sendiri”, atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya.
Beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak Anda  yaitu kurang pengawasan, gagal mendengarkan, jarang ketemu muka,terlalu berlebihan,bertengkar di hadapan  anak,tidak konsisten, mengabaikan kata hati , terlalu banyak nonton TV, segalanya di ukur dengan materi, bersikap berat sebelah, “ Bahkan  beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi  dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.
                Berkaca dari kesalahan – keslahan tersebut di atas ,” Memiliki anak sholeh merupakan dambaan setiap keluarga. Di samping sebagai penerus keturunan, kelak anak sholeh juga akan menjadi investasi di masa yang akan datang. Pada usia dini, seorang anak akan lebih mudah untuk menerima perubahan ketimbang ketika ia telah dewasa. Dan pada usia dini itulah, masa pembentukan jati diri, pola pikir dan watak sang anak sedang berproses.

            Dalam masa pembentukan itulah, orangtua hendaknya memberikan perannya secara optimal. Orangtua harus mampu memberikan pengaruh positif kepada sang anak. Isilah kepala, hati dan jiwa anak anak yang sedang dalam proses pembentukan tersebut dengan nilai nilai yang baik. Orang tua harus dapat menjadi filter bagi berbagai unsur negatif yang dapat merusaknya. Jangan sampai sang anak justru memperoleh pengaruh-pengaruh negatif dari luar.

Untuk itu, langkah terbaik kami ( saya )  untuk menjadikan seorang anak kami menjadi sholeh/sholehah hendaknya dilakukan sejak dini. Saat memorinya belum terkontaminasi dengan pengaruh-pengaruh negatif. Anda dapat mulai membiasakan beberapa hal berikut kepada diri dan anak anda sejak dini:

 a. Bangunkan shubuh sejak balita
Bangun pada waktu shubuh adalah sebuah aktivitas yang sangat berat bagi orang-orang yang tidak biasa untuk melakukannya. Untuk itu, membiasakan membangunkan anak pada waktu shubuh sejak balita adalah langkah terbaik untuk menjadikannya sebagai sebagai sebuah kebiasaan.

 b. Berikan lingkungang pergaulan dan pendidikan yang islami
Lingkungan dan pergaulan adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Maka, dalam hal ini anda dapat memulainya dengan mengirimkan anak anda ke TPA (Taman Pendidikan Al Quran) atau mengikuti kursus-kursus islam di Masjid dan sebagainya.

c. Jangan egois!
Orang tua adalah teladan yang pertama bagi anaknya, maka jadilah teladan yang terbaik bagi anak anda. Jangan bersikap egois. Jangan hanya memerintahkan anak anda untuk mengaji atau pergi sholat berjamaah, sedangkan anda tidak melakukannya. Karena hal tersebut akan menimbulkan pembangkangan kepada anak, minimal secara kejiwaan.

d. Safari Masjid
Bawalah anak anda untuk melakukan safari masjid minimal sepekan sekali. Hal ini bertujuan untuk menanamkan rasa cinta terhadap masjid dan sholat berjamaah dihati anak.

e.Perkenalkan batasan aurat sejak dini
Umumnya, cara berpakaian kita saat ini adalah kebiasaan yang sudah kita bawa sejak kecil. Seorang anak dibiasakan menggunakan pakaian yang ketat, dibiasakan berpakaian tanpa jilbab, maka hal tersebut akan terbawa hingga remaja dan dewasa. Kebiasaan ini akan sangat sulit sekali untuk merubahnya. Dengan alasan gerah, panas, nggak nyaman, ribet, nggak gaul, nggak PD, dan dengan seribu alasan lainnya mereka akan menolak penggunaan pakaian yang menutup aurat.

Jika kita memperkenalkan batasan aurat kepada anak kita dan membiasakannya untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat sejak dini, insya Allah keadaannya akan berbalik. Ia akan merasa berdosa, malu, nggak nyaman, bersalah, dan menolak untuk beralih ke pakaian-pakaian yang tidak menurut aurat. Ia akan berpikir seribu kali, bahkan tidak terpikir sekalipun dan sedikitpun untuk melakukannya.

f.Selalu membawa perlengkapan sholat
Ajarkan kepada anak untuk selalu membawa perlengkapan sholat kemanapun mereka pergi sekiranya akan melewati masuknya waktu sholat.

g.Meminimalisir mendengarkan musik-musik non islami
Minimalisir mendengarkan lagu-lagu non islami seperti lagu-lagu picisan, rock, barat, dan lain-lain. Maksimalkan membaca AL Quran berjamaah, mendengarkan kaset mu’rotal, mendengarkan kaset ceramah atau nasyid islam.

h.Buatlah jadwal nonton TV
Hendaknya, orang tua tidak membiasakan menonton acara TV bersama anak yang tidak mengandung unsur pendidikan kepada anak, misalnya sinetron, film horor, film-film cengeng (romantika), dan lain-lain.

j.Ajarkan nilai-nilai islam secara langsung
Ajarkan nilai-nilai islam yang anda kuasai secara langsung kepada anak anda sejak dini. Sampaikan dengan bahasa-bahasa yang menarik, misalnya melalui sebuah cerita.

k.Bacakan hadits Rasulullah saw dan ayat Al Quran
Bacakan hadits Rasulullah saw dan ayat Al Quran, sesuai dengan kadar kemampuan si anak. Hubungkan hadits dan ayat Al Quran ketika kita memberikan nasihat atau teguran mengenai perilakunya sehari-hari.

l.Jadilah sahabat setia baginya
Perkecil menunjukkan sikap menggurui kepada anak, bersikaplah sebagai seorang sahabat dekatnya. Jadilah tempat curhat yang nyaman, sehingga permasalahan anak tidak akan disampaikan kepada orang yang salah, yang akhirnya akan memberikan solusi yang salah pula.

m.Ciptakan nuansa kehangatan
Nuansa hangat dan harmonis dalam keluarga akan memberikan kenyamanan bagi seluruh anggotanya, termasuk anak. Hal ini akan memperkecil masuknya pengaruh buruk dari luar kepada anak. Ia tidak akan mencari tempat diluar sana yang ia anggap lebih nyaman dari pada di rumahnya sendiri.

n.Sampaikan dengan dengan bijak, sabar, dan tanpa bosan
Ingat! Yang sedang anda bentuk adalah makhluk bernyawa, bukan makhluk yang tidak bernyawa. Maka sampaikan semuanya dengan penuh kesabaran, kebijaksanaan, dan jangan pernah merasa bosan untuk mengulangnya. Jangan menggunakan kekerasan, dan hindari emosi yang akan membuat anak sakit hati.
Kesimpulan jawaban poin Pertama teresebut diatas yaitu bagaimana usaha kami untuk menjadikan anak kami menjadi anak yang mandiri, cerdas,cakap dan yang terpenting menjadikan anak kami punya dasar – dasar dan pondasi tentang menjadi anak yang sholeh  punya akhlak tapi tidak melakukan  kesalahan – kesalahan yang kami sebutkan di atas dan mudah – mudahan ini sudah mendekati yang di contohkan oleh nabi kita.


Jawaban Poin Kedua  ,” Apakah anda Memasukanya ke Sekolah Yang Sama ?
Untuk menjawab pertayaan ini, sebetulnya sudah saya singgung dengan jawaban di poin pertama dari  kebalikan  kesalahan yang di lalakukan para orang tua,” diantaranya Egois, yaitu memaksakan kamaunya sendiri, mentang – mentang sebagai orang tua, dan tau segala hal dengan dalil ini dan itu seakan kehidupan, nasib dan masa depan di ukur dengan agan – agan mereka, padahal nasib, mati dan takdir sudah tertulis ketika anak itu baru di lahirkan, tugas orang tua hanya mengantarkan anak kedepan dengan cara – cara yang di contohkan nabi dan dien,” Dan perlunya kita sebagai orang tua yang santun, saling menghormati, walaupun sama anak sendiri, “ tentunya anak setelah kita arahkan dengan dasar – dasar mempunyai akhlak yang baik dan mengerti tentang agamanya untuk menjadi anak yang sholeh, orang tua tidak memaksa kehendaknya untuk memaksa mengikuti jurusan  yang  berbeda dari anak yang mereka sukai, dikuasai, inilah sikap orang tua yang oteriter dan egois, sipat egois inilah ahirnya menimbulkan dampak yang negatip dan  dan sipat – sipat melawan anak akan muncul ,seperti sipat berontak dan melawan orang tua dan pada ahirnya sipat sopan santun akhlak pada anak itu lambat laun mulai hilang akibat kesalahan orang tua dalam mendiddik anak.
            Jadi sebagaiman pesan nabi, “ Orang tua di kasih amanah oleh Allah untuk mengarahkan, mendidik, dan meluruskan pada putra-putrinya dengan akhlak Dien, bukan pemaksaan Karena kepentingan dunia dan menjadikan kita  egoies.     

Jawaban”
3). Bagaimana kritik anda tentang system sekolah di Indonesia …
Kritik terhadap sistem pendidikan nasional,”
           
Dalam UUD Pasal 33 ayat 2 menyaakan pendidikan adalah Tanggung jawab Negara
dan wargan negara berhak untuk mendapatkan Pendidikan yang layak, “ Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia mengatur seluruh hal tentang pendidikan di Indonesia, termasuk permasalahan-permasalahan di dalamnya harus diselesaikan dengan mengacu pada Sistem Pendidikan Nasional tersebut. Pada kenyataannya, Sistem Pendidikan Nasional ini tidak cukup mampu menyelesaikan masalah-masalah yang timbul.

Perlu diketahui, Sistem Pendidikan Nasional merupakan warisan dari Sistem pendidikan yang dirancang oleh Belanda untuk warga pribumi di Indonesia beberapa abad lalu. Pendidikan tersebut terbatas pada menulis, membaca, dan berhitung. Hal ini tanpa alasan, karena tujuan mereka hanya ingin menempatkan rakyat sebagai buruh-buruh kasar. Dan inilah yang diterapkan kini di Indonesia, perbedaannya jika dahulu rakyat diberikan pendidikan untuk menjadi pegawai rendahan bahkan seorang buruh kasar sedangkan sekarang pendidikan yang diberikan seakan-akan hanyalah ilmu untuk pengisi kurikulum dan mengejar nilai akademis atau gelar lalu mencari kerja dan dapat penghasilan. Terlepas dari semua itu, seharusnya sistem pendidikan dapat menstimulasi peserta didik untuk dapat berpikir sebagai mental penjajah bukan sebagai mental orang yang terjajah.
Dan dalam UU No.20 Tahun 2003 disebutkan bahwa “visi pendidikan nasional adalah memberdayakan semua warga negara Indonesia, sehingga dapat berkembang menjadi manusia berkualitas yang mampu bersaing dan sekaligus bersanding dalam menjawab tantangan zaman”. Pada kenyataannya pendidikan yang tidak merata, praktek KKN dalam CPNS masih terjadi. Jadi, siapakah yang harus bertanggung jawab atas karut marutnya fenomena ini? Apakah kepada sistem atau oknum yang menerapkan sistem?

Selain itu, pemerintah telah memberikan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN maupun APBD untuk kelancaran pendidikan hal ini terjadi ketimpangan dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah , dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah. Ketimpangan yang terjadi adalah ketimpangan antara anggaran yang diperuntukkan kepada pemerintah provinsi dan anggaran pendidikan untuk wilayah kabupaten. Setidaknya, kabupaten akan kewalahan untuk masalah pendidikan dasar dan pengembangan pendidikan awal.

Disebutkan pula dalam Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik yang menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Namun, dalam praktek atau pelaksanaannya bertolak belakang dengan tujuan tersebut, dimana pendidikan agama di setiap sekolah hanya beberapa jam saja setiap minggunya begitu pula di Perguruan Tinggi, mata kuliah agama yang tidak berpengaruh terhadap watak dan akhlak mahasiswa (kecuali bagi mereka yang sadar secara individualis dengan aktif di organisasi-organisasi keislaman).

Terlepas dari semua kenyataan yang memilukan tersebut, kami sebagai peserta didik yang menjadi objek langsung dari Sistem Pendidikan Nasional ini mengharapkan bahwa pendidikan seharusnya dapat menstimulasi peserta didik untuk dapat berpikir sebagai mental penjajah bukan sebagai mental orang yang terjajah (bukan arti yang sebenarnya)